The Closing ( IJSO: Part 12 )

Assalamu’alaikum!

Beberapa hari belakangan, aku kembali teringat tentang IJSO series yang aku tulis di blog sejak Desember 2014. Karena aku cerewet, terlalu banyak yang ingin diceritakan, dari mulai hal yang sangat penting sampai detail tak bermakna, akhirnya ….. waktu satu bulan selama liburan kenaikan semester nggak cukup untuk menyelesaikan cerita IJSO -_- Aneh memang, IJSO-nya tiga bulan, dan untuk menuliskan ceritanya molor sampai lebih dari tiga bulan. Beberapa orang memintaku untuk melanjutkannya. Kurang satu lagi kisah terakhir! Alhamdulillah, berkat dukungan teman-teman semua, aku pun memutuskan untuk menggunakan akhir minggu ini menuliskan cerita terakhir dari IJSO series πŸ™‚

Kebanyakan orang menjadikan pencapaian medali sebagai ukuran sebuah keberhasilan. Namun, untuk diriku, sedikit berbeda. Aku merasa diriku benar-benar berhasil, ketika aku mampu bersikap dewasa menghadapi segala persoalan. OSN yang lalu? Alhamdulillah, aku berhasil membawa pulang medali emas. Namun, tidak sebegitu membanggakan buatku. Karena sepanjang perjalanan menuju kesana, aku masih terlalu cengeng. Menangis itu perlu. Luapan air mata sangat bisa meringankan beban yang telah menumpuk. Tapi, tidak terlalu sering. Seharusnya, olimpiade menjadi ajang dimana kita bisa menjadi diri sendiri, belajar apa yang benar-benar menarik untuk diri kita. Bukan malah terbebani dengan target pribadi atau mati-matian mengejar gengsi di mata orang lain.

IJSO adalah kompetisi terakhir dalam karier olimpaide SMP-ku. Sebagai sebuah penutup, aku ingin mempersembahkan yang terbaik. Alhamdulillah, pencapain besar buatku. Setelah tes teori dan eksperimen berakhir, aku bisa berjalan keluar ruangan dengan tegap. Hatiku mantap. Aku menyadari, aku telah melakukan yang terbaik yang aku bisa. Aku mendengar sendiri pembahasan beberapa soal Multiple Choice Question, dan aku tahu aku telah membuat kesalahan yang luar biasa sepele, namun fatal. Justru di bidangku sendiri, aku merasa gagal total.

Namun, ya sudahlah. Sudah berusaha, tinggal tawakal, bisikku dalam hati.

YAP, AKU BISA MELEWATI HARI-HARI DI ARGENTINA, DARI KEDATANGAN SAMPAI KEMBALI KE INDONESIA, TANPA TETESAN AIR MATA SEBUTIR PUN! πŸ˜€

Karena telah menyelesaikan semua tes, aku bisa menaruh fokus lebih banyak untuk berkenalan kesana kemari dan mencari teman baru. Aku membagi-bagikan cinderamata dari delegasi Indonesia ke beberapa orang. Sebuah bolpoin bertinta hitam, dengan warna merah cerah atau biru tua diluarnya, disertai ukiran khas Indonesia dan gambar Garuda. Bagus sekali, sangat elegan :).

Aku memberikan cinderamata itu ke Tessa, temanku dari Zimbabwe. Ia balas memberikan sebuah tempelan kulkas unik yang terbuat dari tutup botol. Aku juga berkenalan dengan si cantik dari Rumania. Akhirnya, setelah sekian lama! Hehe… Namanya Malina. Ia mengaku bahwa ia juga sering memperhatikanku sejak dulu. “You look friendly,” katanya. Ia memberikan sebuah pin dengan gambar salah satu kota di Rumania.

Kami bersiap menghadiri upacara penutupan sekaligus penerimaan medali. Kontingen Indonesia menggunakan batik kebanggaan kami, sekaligus jas berwarna merah marun dengan lambang garuda di dada. Aku mematut diri di depan cermin sejenak. Aku tersenyum, lalu berpikir, Semoga bukan yang terakhir, bisa membawa garuda di dada.

Sekedar duduk-duduk di lobby hotel menjadi sangat menarik. Kami mengamati kontingen negara-negara lain yang juga telah bersiap-siap untuk penutupan. Ada yang memakai baju tradisional negara mereka, tuksedo resmi, gaun, dan banyak lagi. Semua terlihat rapi dan menarik. Anak-anak Korea Selatan menjadi pusat perhatian. Mereka mengenakan baju tradisional mereka yang warna-warni. Banyak orang berebutan foto dengan mereka. Ketika itu, aku beruntung bisa berpose bersama :D.

Bersama cewek Korea dengan hanbok mereka.

Bersama cewek Korea dengan hanbok mereka.

Akhirnya, kami berjalan menuju gedung serbaguna. Di dalam gedung, sudah ada para team leaders dan official. Kami diharuskan berbaris. Kami memasuki gedung sambil membawa bendera negara masing-masing. Aku dan Eli membawa bendera merah putih itu.

Memasuki tempat Closing Ceremony dilaksanakan.

Memasuki tempat Closing Ceremony dilaksanakan.

Kami sangat berseri ketika wajah-wajah Indonesia yang akrab terlihat. Para dosen dan official melambaikan tangan kepada kami. Kami segera duduk bersama mereka. Ruang serbaguna itu dipenuhi meja bundar. Setiap negara menempati satu meja. Khusus Indonesia dan Argentina, ada dua meja.

Setelah beberapa sambutan dan penampilan, saat yang kami tunggu-tunggu pun tiba. 10% peserta dengan nilai tertinggi akan mendapatkan emas. 20% berikutnya perak, kemudian 30% perunggu. Jika saja… batinku. Jika saja … nilaiku paling tidak, lebih baik dibandingkan 70% peserta …

Well, aku memang tidak menargetkan emas sejak awal. Aku sudah stres duluan selama Training Center. Sehingga, aku memasang target. Paling tidak, tidak lebih jelek dari raihan kakak kelasku pada IJSO 2013; Medali Perak. Harapan itu masih melekat di dalam hatiku. Ketika nama peraih medali perunggu diumumkan, kami mendengarkan dengan seksama.

Sekian nama telah disebutkan. Mereka maju ke panggung, menerima medali, dan berfoto bersama. Sampai akhirnya, pembawa cara menyebut negara ‘Indonesia’. Kami terkesiap.

“Mutiara Aulya Firdausy …”

Tentu saja kami sangat senang. Muti pun maju ke depan. Salah satu dari kami turut mengambil foto. Sekembalinya ke meja, kami mengucapkan selamat kepada Muti.

Mutiara Aulya Firdausy, Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Mutiara Aulya Firdausy, Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Berikutnya, “Gian Cordana Sanjaya…” Kembali kami bertepuk tangan dengan gembira.

“Selamat, Gi!” ucapku.

Gian Cordana Sanjaya. Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Gian Cordana Sanjaya. Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Tiba-tiba, nama “Ahmad Aufar Thoriq,” dan “Aria Purwasatya Salim,” disebut dalam waktu yang berdekatan! Mereka pun maju bersama. Memang ya… sehati sekali.

Aria Purwastya Salim dan Ahmad Aufar Thoriq. Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Aria Purwastya Salim dan Ahmad Aufar Thoriq. Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Kemudian, pembawa acara menyebutkan negara ‘Indonesia’ lagi.

Lalu, “Salsabiilaa Roihanah…”

DEG. Namaku kah? Walaupun aku mendengar pembawa acara itu tidak menyebutkan namaku begitu fasih, tapi hanya ada satu Salsa dari Indonesia. Aku… aku tak bisa berkata apa-apa. Muti yang ada di sebelahku berteriak sambil memberikan ucapan selamat. Aku masih diam membeku, seperti zombie. Namun, aku cepat-cepat menyadarkan diri. Seulas senyum terukir di bibirku. Aku melangkah menuju ke depan. Menemui para orang dewasa yang mengalungkan medali ke leherku. Semuanya serasa seperti slow motion. Aku tersenyum lebar. Saat itu, aku sama sekali tidak memikirkan apapun. Aku berusaha menikmati setiap momen yang langka ini lamat-lamat. Beberapa orang kontingen Indonesia mengambil fotoku. Begitu juga dengan Inez. Aku masih tersenyum. Aku mengacungkan benda bulat itu sambil membentangkan merah putih.

Salsa cSalsa a

Salsabiilaa Roihanah. Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Salsabiilaa Roihanah. Bronze Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Alhamdulillah … aku mengucapkan syukur yang teramat sangat. Para dosen, official dan teman-teman memberi ucapan selamat. Aku mengucapkan terimakasih. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Sebab, kami masih berdebar mendengarkan pengumuman yang masih berlangsung.

Perunggu sudah semakin sedikit. Ketika itu, terdengarlah nama “Jonathan Aristya Setyadji.” Lagi-lagi, kami bersorak.

Tiba-tiba, Eli menggenggam tanganku.

“Salsa… itu … si Jonathan aja dapet perunggu. Aku mau dapet apa?” Air muka Eli terlihat sangat khawatir. “Tes MCQ-ku itu hancur banget. Kalau aku nggak dapet gimana…”

Aku bingung harus berkata apa. Akhirnya, aku memeluk Eli, mengharapkan dirinya tenang. Air mata Eli terasa membasahi jasku. Hehe .. Biarlah. Aku menggenggam erat tangannya. Aku ingin berkata, bahwa ia pasti mendapat medali! Namun, kuurungkan niatan itu. Karena … well, aku juga belum tahu kenyataannya, kan? Medali perunggu telah selesai disebutkan. Sekarang, giliran medali perak. Tangisan Eli semakin keras.

“Indonesia, Eliora Violain Buyamin,” sebut si pembawa acara. Eli langsung menengadahkan muka. Mata sipitnya jadi terbuka lebih lebar dari biasanya. Ia tertawa, menyeka air mata sejenak, tersenyum lebar, kemudian mengambil bendera untuk dibawa ke depan. Aku turut bahagia. Aku berteriak senang.

Eliora Violain Buyamin. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina

Eliora Violain Buyamin. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Sekembalinya Eli dari panggung, aku menggodanya. “El, bajuku basah ini, loh.” tawaku setelah mengucapkan selamat.

“Hehehe…” Eli cuma bisa cengengesan. Dasar anak satu iniii :3

Selanjutnya, “Patrick Bryan Nugraha.”

“Patrick!!!” seru kami bahagia. Patrick maju ke depan dengan ekspresi yang begitu tenang.

Patrick Bryan Nugraha. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Patrick Bryan Nugraha. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Setelah itu, “Andrew Wijaya.”

Aku berteriak gembira. Medali perak sudah cukup banyak dipanggil. Artinya, Andrew mendapatkan perak yang cukup atas, dekat dengan emas. Aku sangat bangga. Andrew baru saja disebut, sedangkan Dean belum. Tampaknya, teman satu timku itu memang jago-jago.

Andrew Wijaya. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Andrew Wijaya. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Medali perak telah habis. Dean bersorak senang. Sudah bukan rahasia lagi, medali apa yang dia targetkan di IJSO ini. Michael pun tampak tenang. Mereka berdua memang unggul selama Training Center. Semoga, harapan kami mengembalikan emas ke tanah air benar-benar terwujud!

Benar saja, selang beberapa waktu, nama “Dean Fanggohans,” terdengar.

“KYAAAAAA!!!” Para cewek (terutama aku) berteriak kegirangan.

Dean Fanggohans. Silver Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina

Dean Fanggohans. Gold Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina

Alhamdulillah. Satu kontingen Indonesia menjadi sumringah. Aku memandang Michael. Ayo, Mike, pasti kamu berikutnya …

“Michael Gilbert.”

Dan … harapan kami terwujud.

Michael Gilbert. Gold Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Michael Gilbert. Gold Medalist of International Junior Science Olympiad 2014 Argentina.

Pengumuman dilanjutkan sampai medali emas teratas. Di IJSO 2014, India menjadi juara umum. Mereka memborong enam emas plus medali emas dan perak The Best Experiment dan emas dan perak The Best Theory. Bisa dibayangkan, ketika kontingen mereka berjalan melewati kami, terdengar bunyi logam beradu logam, saking banyaknya medali yang dikalungkan di leher setiap anak.

Pengumuman medali resmi berakhir. Tim Indonesia membawa pulang dua medali emas, tiga perak dan enam perunggu. Seorang teman kami, Olym, belum mendapat kesempatan untuk meraih medali. Namun, kami tetap bangga untuknya. Mengingat Olym yang baru mengenal dunia olimpiade semenjak SMP, pencapainnya menjadi bagian dari tim Indonesia sudah sangat hebat. Kami memberi Olym semangat. Aku yakin, prestasimu tidak berhenti sampai disini, Olym! Teruslah bersemangat! πŸ™‚

wpid-img_1471469301580.jpegSeusai upacara penutupan dan makan siang, kami kembali ke hotel. Kami harus bersiap-siap menuju bandara. Sore ini juga, kami akan terbang ke Buenos Aires. Dari Buenos Aires, kami akan kembali terbang melintasi benua.

Inez mengantar kami sampai kami akan menaiki bus. Ia memeluk kami satu persatu. Ketika memelukku, Inez berbisik, “You are the most responsible girl I’ve ever known,” ucapnya. Aku tersipu. Kata Inez, aku orang paling bertanggung jawab yang pernah ia temui.

“Thanks, I’m gonna miss you. Thank you for everything!” balasku, lalu masuk ke dalam bus. Aku menuju tempat duduk favoritku di lantai dua. Ya, bus yang kami gunakan memang selalu bertingkat. Aku mengintip keluar. Aku melihat Inez. Ia bersandar pada sebuah pohon, menghadap membelakangi bus. Namun, aku bisa melihat ia menyeka matanya beberapa kali. Sebagian hatiku ikut terharu. Aku berdiri dari tempat dudukku. Mengamati lingkungan sekitar yang terlihat dari balik kaca. Argentina … Negara di benua nun jauh dari Indonesia, yang tak pernah terbersit sekilas pun di pikiranku bahwa aku akan menapakkan kaki disini.

Di Buenos Aires, kami menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh. Kami sempat mengunjungi sebuah taman bunga. Indaaaaaah … sekali. Jadi ingin ke Belanda :” (waaaah tambah list dream country to visit nih … πŸ˜€ ). Kami juga berkesempatan untuk mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Argentina. Serasa menemukan rumah kedua. Ketika setiap orang berbahasa Indonesia, dan kami bisa memakan Mie Pangsit! Huaaaaaa itu makanan terenak yang pernah aku rasakan selama di Argentina πŸ˜€ (ujung-ujungnya juga masakan Indonesia -_-)

Indonesia: Full Team

Indonesia: Full Team

Bersama Pak Jhonny Sinaga, Duta Besar Indonesia untuk Argentina.

Bersama Pak Jhonny Sinaga, Duta Besar Indonesia untuk Argentina.

Rumah Kedua!

Rumah Kedua!

Alhamdulillah, kami sampai Indonesia dengan selamat. Apa saja yang kami lakukan sepulang dari Argentina, sudah aku ceritakan disini, kembali ke post paling awal :).

Sejujurnya, ada perasaan menyesal di dalam hati, “Aku dapat lebih jelek dari kakak kelasku kemarin…” Bahkan, aku sempat berkata kepada orangtuaku. “Mi, kayaknya aku kok nggak layak ya, menuliskan kisah IJSO-ku di blog, meskipun banyak yang sudah menunggu. Aku kan cuma dapet perunggu …” Kemudian, umi mengingatkan akan niatanku berbagi cerita selama ini. Lalu, kenapa kalau aku cuma dapet perunggu? Lalu, kenapa kalau bahkan aku nggak dapet medali? Bukankah intinya, aku ingin berbagi sesuatu yang inspiratif, bukan malah memamerkan penghargaan?

Lalu, aku pun beristighfar. Alhamdulillah, Allah sudah memberiku kesempatan untuk merasakan ikut olimpiade, lalu mendapatkan medali emas, perak, perunggu, dan pulang tanpa membawa medali pun pernah. Keempatnya membutuhkan pengendalian diri yang luar biasa. Ketika menggenggam emas, harus berhati-hati dengan rasa sombong yang mulai menjangkiti hati. Ketika meraih perak, harus meniadakan kata-kata ‘Andai aku begini dan begitu, pasti aku bakal mendapat emas’ karena memang tinggal selangkah lagi dengan emas. Mendapat perunggu, jangan pernah kufur nikmat dan menganggap remeh serta memandang rendah ‘Alah, cuma perunggu’. Pulang dengan tangan kosong, jangan pernah merasa hidup menjadi tidak berguna, melainkan tetap semangat untuk mencari cara mengukir prestasi berikutnya.

Dan … percayalah. Kesemua yang aku tulis di atas merupakan pengingat untuk diriku sendiri πŸ˜‰

Jadi… sudah, sampai disini ya karier olimpiade SMP-ku? Alhamdulillah … aku mengucapkan syukur berkali-kali. Olimpiade itu, memang benar-benar sesuatu yang sudah mewarnai hari-hariku. Yang awalnya hanya tertarik dengan sains, berujung mengikuti sebuah kompetisi yang sangat ketat. Begitu IJSO berakhir, aku dan teman-temanku berpikir. Dahulu, para dosen menceritakan pengalamnan kakak-kakak kelas kami. Kini, kami menjadi salah satu yang bisa diceritakan kepada adik-adik kelas kami nanti. Aku jadi penasaran, apakah aku meninggalkan sebuah kesan tertentu, sehingga namaku akan menjadi bagian dari cerita para dosen dan official? Apakah suatu saat aku sempat mengunjungi adik-adik yang sedang bersiap menghadapi IJSO… entah tahun berapa itu, kemudian turut berbagi cerita dan motivasi, seperti Kak Putu kemarin? Atau malah kelak, aku menjadi bagian dari tutor yang mempersiapkan keberangkatan tim Indonesia? Hal-hal yang menggelitik itu terus muncul dipikiranku. Dan … well, hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Sekarang, aku sudah mendapat gelar ‘alumni’ untuk OSN SMP dan IJSO. Aku senaaaaaang sekali, ketika belakangan inbox emailku penuh dengan adik-adik dari seluruh penjuru nusantara yang berkenalan denganku dan meminta saran untuk berbagai hal. Aku belum sempurna, dan tidak akan pernah, tentu saja, mengingat kesempurnaan itu hanya milik-Nya. Aku juga masih harus banyak belajar. Namun, aku senang bercerita dan akan berusaha sebisa mungkin untuk membangkitkan semangat orang lain. Sehingga, coretansalsa@gmail.com akan menjadi tempat yang bisa adik-adik gunakan untuk bertanya tentang banyak hal πŸ™‚

Tahun 2015, OSN SMP Biologi dan Fisika menjadi satu, loh! Well, kabar ini mengagetkan banyak orang. Tapi, para alumni IJSO dan kebanyakan anak olimpiade yang sudah ‘merasakan’ ganasnya Training Center IJSO, pasti kebanyakan setuju dengan keputusan itu. Susah, memang, ketika kita sudah nyaman dengan suatu bidang, lalu tiba-tiba harus mempelajari bidang yang sama sekali asing. Tapi … hei, itu lah yang anak-anak IJSO rasakan! Aku yakin, kalian bisa menemukan keberanian dari dalam diri kalian sendiri, untuk menembus apa yang selama ini kalian namakan ‘tidak bisa’. Penuhilah diri dengan pikiran-pikiran positif, serta niatkan segala usaha untuk menuntut ilmu. Daegu, Korea Selatan, menunggu untuk kalian kunjungi pada IJSO 2015, adik-adik πŸ™‚ (Sudah terbayang bagaimana ketatnya persaingan di Training Center nanti ….)

Cinderamata yang diberi teman dari Korea. Tahun 2015, dapatkan dari negara asalnya langsung yaaa :)

Cinderamata yang diberi teman dari Korea. Tahun 2015, dapatkan dari negara asalnya langsung yaaa πŸ™‚

Hidup terus berjalan, dan aku pun bertambah tua seiring waktu. Aku memantapkan resolusi untuk SMA nanti. Olimpiade, adalah salah satu dari sekian jalan meraih ridho-Nya. Jangan sampai malah menjauhkan diri dari Allah. Hidup ini memang serangkaian proses belajar. Ada tempat untuk kesalahan, asalkan segera diperbaiki. Bismillah, dengan pelan namun pasti, aku membuka lembaran berikutnya dalam kitab hidupku πŸ™‚

Sesungguhnya, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Sesungguhnya, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

TAMAT

38 thoughts on “The Closing ( IJSO: Part 12 )

  1. hebat ya kamu πŸ˜€ (y) Tetep istiqomah ya salsa πŸ™‚

  2. You’re the best.. Sayangnya OSN kemarin aku cuma bisa sampai ke provinsi πŸ˜₯

  3. Masih SMP kok , perjalanmu masih panjang di depan dek πŸ˜€

  4. keren dek,,, akhirnya aku bisa tamat bacanya hihihi XD

  5. good job salsa

  6. Wih kamu kece banget bisa sampe Argentina :” Semangat yaa menjalani kariernya di OSN SMA ”)9
    Salam kenal πŸ™‚

  7. Barakallah! Terus berprestasi ya Salsa! ^_^

  8. hilal farohi

    Sangat menginspirasi sekali bagi para pelajar… Continue for your achievement!!!!!!

  9. waa, congrats! saya udah baca semua postingan kakak ttg osn maupin ijso, inspiratif sekali. Berharap banget bisa jadi kek kakak πŸ˜€ Sekarang saya lagi road to OSN 2015! Doain ya kak ^^
    oh ya, kakak waktu osn sd dapet beasiswa dari pasiad ya? gimana di pasiad? waktu osn sd dlu juga dapet beasiswa, tapi kutolak T.T
    Salam kenal yaa

    • Salam kenal juga πŸ™‚ Aku bisa panggil kamu siapa? Waaah makasih banyak udah baca, semoga bermanfaat. Semangat Korea Selatan!

      Iya, aku dapet beasiswa dariPASIAD karena OSN SD. SMA bakal di Semesta juga, in syaa Allah. Enak banget, kalau aku sih nggak salah pilih, Alhamdulillah πŸ™‚

  10. Semoga aku bisa berprestasi juga kyk kamu bukan cuma dalam mata pelajaran tpi berprestasi dalam memaknai kehidupan
    salam kenal yah nama aku Anugrah (aku cewek)
    Sul-Sel

  11. Tania Ariesty

    Salsaaaa ya Allah aku nangis bacanya gatau kenapa :’D Aku jadi pengen banget masuk nasional lagi :’3 Kamu semoga sukses OSN nyaa πŸ˜„

  12. Dek isnpiratif banget, sukses terus ya, berbagi inspiratif terus, biar kakak kakak ini ketularan semangat kamu.. hehe

  13. silvana linda

    Semoga anak anak ijso 2015 membaca tulisan salsa jadi semangat mereka semua bisa untuk indonesia

  14. silvana linda

    Semoga anak anak ijso 2015 tetap semangat & mereka bisa untuk membela indonesia

  15. Wuih hebat ya kakak… Osn dapat Emas. Ijso dapat perunggu. Saya osn Ipa hanya dapat perak. Kakak memotivasi saya. Terima kasih

  16. Kak. Berkat kakak, saya termotivasi untuK IJSO. akhirnya, saya dapat emas ijso 2016

    • Halo, kamuuu! Pertama, aku mau ngucapin … selamat yaaa! Kamu harus tahu bahwa medali yang kamu dapat sekarang itu cuma awal, awal dari kesempatan lebih besar lagi untuk banyak-banyak menuntut ilmu. Jadi, semangatnya harus terus dijaga supaya nggak cuma sampai disini aja πŸ™‚

      Kedua, aduh duh … jadi terharu :” Hehe. Motivasiku juga masih naik turun kok. Semoga kita selalu mendapat motivasi saat kita membutuhkannya ya ^_^ Sekarang, gantian kamu dong, harus bisa menebar inspirasi ke orang lain. Siapa tahu muncul kamu-kamu yang lain πŸ˜‰

  17. Wah… seneng ya kak dapet medali di Ijso πŸ™‚ selamat ya

Leave a reply to Anonym Cancel reply